"Mungkin ini kutu yang agak besar, hitam di antara kutu-kutu lain di kepala orang yang pernah saya lihat."
KATA-KATA itu diucapkan Sit Fatimah Sitepu, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Medan (Unimed), Sumatera Utara yang saat ini menjadi relawan Rumah Zakat yang membantu pengungsi Rohingya di Kuala Langsa.
Mahasiswi yang biasa dipanggil Sifa ini, ikut menjadi relawan kemanusiaan dari kampusnya di Sumatera Utara. Pengalaman membantu keramas wanita Rohingya, adalah kali pertama dialaminya. Itu pun langsung berurusan dengan kutu-kutu yang ikut migrasi bersama warga Rohingya ke Kuala Langsa.
"Pertama saya semangat karena siapa lagi kalau bukan kita yang bantu mereka. Pas kita mulai bersihkan, tak nyangka sebanyak itu kutunya," ujar Sifa kepada Serambi, Senin (25/5) kemarin.
Kondisi rambut yang gimbal dan kulit kepala yang rata-rata sudah berkerak itu, yang menggerakan hatinya ikut membantu mencuci rambut pengungsi wanita Rohingya tersebut. Meski semula agak canggung, memegang kepala wanita pengungsi, tetapi kemudian tekadnya bulat membantu keramas massal, memburu kutu yang digelar bersama lembaga The International Organization for Migration (IOM), Sabtu (23/5) yang lalu.
Seperti diceritakan Sifa, bisa jadi rambut mereka seperti itu, berkutu, dan kotor karena tak sempat keramas apalagi mandi. Perkembangbiakan yang cepat itulah, terang Sifa, yang menjadikan kepala mereka para wanita ini, seperti sorga bagi kutu-kutu dari Rohingya yang terbawa ke Kuala Langsa.
Satu helai rambut rata-rata dipenuhi dengan telur kutu, cengkraman kaki-kaki kutu itu sangat kuat di antara helai-helai rambut wanita Rohingya.
Saking banyaknya, relawan lain sempat kewalahan saat kutu-kutu itu hinggap dan bergerak cepat merayap di atas tangan-tangan mereka yang membantu keramas. Bahkan ada kami foto kutu- kutu tersebut,'' ujarnya.
Bersama relawan lain, dari IOM, PMI, dan Rumah Zakat, Sifa yang membantu proses keramas itu mengaku, cukup kaget dengan jumlah kutu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Selain kaum wanita, sebanyak 200 orang laki-laki pengungsi Rohingya juga dicukur.
"Tak pernah saya lihat satu helai rambut dipenuhi banyak telur kutu sebanyak itu, dari pangkal hingga ujung rambut, " ujar Sifa.
Proses keramas itu berlangsung beberapa tahap. Pertama para wanita itu keramas memakai shampo, lazim seperti dilakukan banyak orang. Selesai itu, rambut mereka kemudian dibaluri obat untuk membunuh kutu-kutu yang sudah lama berkembang biak di rambut mereka.
"Kita olesi hingga jalur-jalur rambut di kepala mereka. Tunggu sekitar sepuluh menit, baru tahap membuang kutu yang telah mati dengan cara mengurut helai per helai rambut," terang Sifa.
Langkah itu dilakukan agar memudahkan proses keramas dan menata rambut agar kembali menjadi seperti sedia kala, normal bebas gimbal dan kutu-kutu yang mungkin sudah ada di kepala mereka sejak dari kampungnya di Rohingya.
Meski demikian, kata Sifa, tidak semua, wanita Rohingya mau dibersihkan rambutnya. Mungkin, karena malu atau fasilitas keramas yang masih terbuka membuat mereka enggan berkeramas.
"Ada yang mau di kamar mandi tertutup yang kita kawani, tapi ada yang minta sendiri lalu kita kasih obatnya," kata Sifa
Merasa nyaman setelah berkeramas, sebagian dari mereka memanggil kawan-kawan wanita lainnya. Kepada relawan mereka memberi bahasa isyarat agar menunggu wanita Rohingya lain yang akan keramas.
"Awalnya mereka biasa saja, tetapi pas melihat betapa banyak kutu di rambut mereka yang mati terkapar mati di tanah, mereka cukup terkejut, terlihat di rauh wajahnya," ujarnya.
Sebagian wanita Rohingya mungkin tidak mau terlihat terbuka, karena kondisi tempat keramas masih terbuka dan berdampingan dengan tempat keramas laki-laki.
"Kita berfikir juga begitu mungkin bisa dipikirkan nanti ada tempat agak tertutup, agar semua wanita bisa berkeramas dengan nyaman."
Sifa juga manusia, ia masih teringat kutu sebanyak itu yang ia bersihkan seumur hidupnya. Apalagi, saat proses keramas Sabtu lalu, ia baru selesai menjelang jam makan siang.
"Bagaimana ya, agak kebayang-bayang juga sih waktu mau makan siang kemarin. Ini pengalaman mudah-mudahan jadi amal shaleh kita semua membantu meringankan derita saudara kita, " katanya.
Ia pun harus jujur mengaku bahwa keramas kali ini bukan mencuci rambut wanita biasa. Yang dicucinya adalah rambut-rambut yang lama terpapar matahari dan ganasnya ombak Samudera Hindia.
"Mungkin ini kutu yang agak besar, hitam di antara kutu-kutu lain di kepala orang yang pernah saya lihat," kenangnya. (arif ramdan)
Sumber : tribunnews.com
Kesehatan
Unik
Teknologi
Kriminal
News
Peristiwa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
- Popular Post
- Video
- Category
Populares
-
Setelah sekian banyak kontroversi Jonru, baru kali ini dia menjadi pahlawan dan Gibran, putra Presiden Jokowi berterima kasih kepada Jonru...
-
RA, mahasiswi semester enam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Gunung Djati Bandung mungkin tak mengira, ulahnya meng-upload foto-foto bugil k...
-
Kalau kamu lihat tumbuhan-tumbuhan ini pasti kamu bakal senyum-senyum sendiri. Brilio.net - Tumbuhan yang mirip alat vital cowok dan cew...
-
"Mungkin ini kutu yang agak besar, hitam di antara kutu-kutu lain di kepala orang yang pernah saya lihat." KATA-KATA itu diucap...
-
KEPANJEN - Razia gabungan dari Polres Malang, Satpol PP, serta Linmas Kabupaten Malang, panen tangkapan saat melakukan razia ke hotel-hote...
-
Semarang - Kecelakaan maut terjadi di Tol Jatingaleh Semarang. Bus sarat penumpang 'terbang' dan menabrak tebing. 16 Penumpang tew...
-
Pastinya sudah sering dengar viral tapi banyak yang belum tahu apa itu viral. Viral lebih dikenal sebagai metode penyebaran pesan denga...
-
SRAGEN – RDP (19) tersangka perkosaan terhadap anak di bawah umur yang merekam dan menyebarkan adegan mesumnya, korbannya terus bertambah....
-
Pelaku pembunuhan terhadap Eka Mayasari (27) seorang penjual angkringan di Yogyakarta ditangkap polisi setelah hampir dua pekan kabur. Pel...
-
Seorang pengguna facebook bernama Mochanad Rizky Fauzan mengunggah foto detik-detik datangnya kereta api yang menewaskan seorang pelajar a...
No comments: