Dengan Pelepah Pisang Narapidana Kabur dari Nusakambangan
"Dari atas bukit saya lihat air laut sedang turun. Tapi ke selat. Kalau kami menyeberang bakal terbawa arus," kata Timong bercerita bagaimana saat itu dia bisa menyeberang ke daratan Cilacap untuk bisa kabur dari penjara Nusa Kambangan, 33 tahun lalu itu. Sebelum menyeberang laut, dia menunggu air pasang karena saat itu arus air laut menuju pantai Cilacap.
Dia bercerita, Timong, Budi, Amri dan Tasman mempersiapkan alat untuk menyeberang Laut Cilacap. Berbekal mandau dibuat Timong, ke empat sahabat itu lantas membuat rakit dari pelepah pisang dan batang pohon waru. Malam ketika air pasang, keempat narapidana itu mulai menyeberangi lautan. Mereka bergandengan tangan sambil mendorong rakit untuk berenang hingga menuju daratan.
Namun sayang, dalam penyeberangan itu Tasman terbawa arus. Tangannya tak bisa menggapai Timong. Dia hilang hingga saat ini tak diketahui nasibnya. "Sampai sekarang saya tidak tahu keberadaan Tasman," katanya mengenang.
Penyeberangan malam itu mengantarkan Timong, Budi dan Amri menuju Segara Anakan, sebuah pulau kecil di antara Pulau Nusakambangan dengan daratan Cilacap. Timong masih ingat betul kejadian malam itu. Dia mengingat saat berada di Segera Anakan ada patroli tentara mencarinya. Budi berteriak. Peluru senapan pun ditembakan bertubi-tubi.
Namun mereka berhasil selamat karena tentara yang mencari para narapidana itu salah tembak. Tentara itu menembaki hutan mangrove di sekitar Segera Anakan. "Karena suaranya bergeming, mereka salah tembak," kata Timong.
Pelarian malam itu kian mencekam, buntutnya ketiga sahabat itu harus berada di dalam air dalam waktu lama. Mereka terpaksa menyelam di laut untuk menghindari patroli. Kejadian itu mengantarkan mereka menuju laut dangkal. Tempat itu juga dijadikan nelayan untuk menaruh perangkap ikan. Selama dua hari mereka di dalam laut, akhirnya sampai juga menjajaki lautan berkat keramba milik nelayan.
Timong mengukur kedalaman laut menggunakan bambu. Laut dangkal itu diingat Timong hanya sebatas leher. Timong, Budi dan Amri berjalan kiloan meter untuk sampai ke daratan. Saban ada patroli, mereka menyelam selama 15 menit di dalam air. Rupanya perjalanan itu membuahkan hasil, ketiganya selamat menuju daratan di Kali Muncang, Cilacap. "Saya menyeberangi laut dalamnya seleher," tutur Timong.
Namun sayang, pelarian itu harus berakhir ketika Budi dan Amri diberi makan oleh warga. Rupanya, warga melaporkan gelagat mereka seperti narapidana disebut-sebut melarikan diri dari Nusakambangan. "Dulu ada hadiah bagi warga yang melihat dan melaporkan narapidana yang lari dari Nusakambangan. Kalau enggak salah hadiahnya uang Rp 10 ribu sama beras," ujarnya.
Dari hasil pengepungan, akhirnya mereka ditangkap. Mereka tak ditembak mati, namun ketiganya dijebloskan kembali ke Penjara Nusakambangan. Hingga saat ini saksi hidup pelarian itu hanya tinggal Timong dan Budi. Timong berada di Jakarta sedangkan Budi tinggal dan usaha di Pekalongan, Jawa Tengah.
"Amri sudah meninggal, tinggal saya dengan Budi," kata Timong.
Sumber : Merdeka.com
No comments: