Kesehatan

Unik

Teknologi

Kriminal

News

Peristiwa

MALANG - Kasiadi, warga Desa/Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, merasa panik sejak putri bungsunya, Fitriatus Soliha (18), kabur tanpa sepengetahuannya sejak 2 Februari 2015 lalu.
Belakangan dia mendengar informasi bahwa anak keempatnya itu sudah berada di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
"Infonya kerja di perkebunan kelapa sawit," ujar Kasiadi ketika ditemui SURYA di rumah Kepala Desa Gedangan, Liana, Jumat (20/3/2015) sore.

Namun kebenaran pekerjaan itu juga masih diragukannya. Apalagi dari informasi yang didapat Lutfiah, kakak Fitria, ada perubahan drastis dalam penampilan anak gadisnya.
Ini terlihat ketika ia menampilkan fotonya di akun Facebook-nya. Ia berfoto selfie bergaya bak remaja centil. Mengenakan baju atasan tanpa lengan sehingga terlihat ketiaknya dan memonyongkan mulutnya.
Dandanan itu tergolong saru atau norak bagi standar umum warga Desa Gedangan yang berada di perbukitan kawasan Malang selatan itu.

Foto itu kemudian dicetak kakaknya dan ditunjukkan kepadanya. Makin sedih saja ayah ibunya melihat perubahan anaknya itu.
Apalagi sehari-hari, Pit, panggilan akrabnya itu mengenakan jilbab. "Apa benar kerja di kebun sawit, ya? Tanya sang bapak ragu.

Perihal kepergiannya tak diketahui karena saat itu ia sedang bekerja sebagai buruh serut bambu. Ketika kembali ke rumah, ia kaget anaknya sudah tidak ada. Tak ada satupun barang dibawanya.
Informasi yang diperolehnya, anaknya dijemput seorang perempuan di pertigaan Gedangan. Ada mobil besar sejenis Elf warna abu-abu.

Tiga hari kemudian ia berusaha mencari di timur Pasar Turen karena mendengar informasi, pembawa anaknya bernama Reseweni, warga Tempursari, Kabupaten Lumajang kos di sana.
"Tapi saya datangi, sudah tidak ada. Ternyata ia hanya sehari saja di tempat itu," tutur Kasiadi mengisahkan pencarian anaknya.

Berarti pada 3 Februari 2015, anaknya dan si pembawa anaknya sudah pergi meninggalkan Turen. Pencarian kemudian dilakukan ke Lumajang karena mendapatkan alamat si pembawa anaknya itu.
"Orangtuanya sudah pasrah dan mengaku tidak tahu apa-apa soal kegiatan anaknya. Bahkan sudah pernah ada polisi yang mencarinya," terang Kasiadi.

Keberadaan anaknya diketahui ketika sang anak menelepon dan memberitahu memang berada di Kalimantan. Namun handphone Pit yang hanya protolan kelas dua MA di Kecamatan Bantur itu juga agak sulit dihubungi.

Terakhir mengirim SMS pada 18 Maret 2015 ke ayahnya bahwa minta dikirimi uang. Intinya, yang diinginkan orang yang membawanya adalah uang. "Nilainya Rp 7,5 juta," jelasnya.
Uang itu sangat besar bagi Kasiadi. Karena itu, ia berharap Bupati Malang atau polisi menolongnya untuk mengembalikan anaknya. Sebab uang yang diinginkan itu minta ditransfer. Ia khawatir setelah mengirim uang itu, anaknya tidak kembali karena hanya mengincar uangnya.
Kasus ini sudah dilaporkan ke Polsek Gedangan dan Kades Gedangan. Selain anaknya, Pit, ternyata ada warga lain di desa itu, yaitu Yuskia Wulandari. Keluarganya juga diminta sejumlah uang jika ingin anaknya kembali.

Informasi yang diperoleh SURYA, Pit mendapatkan tawaran bekerja itu dari Facebook. Dengan cara itu, "pemangsa" mudah mendapatkan korbannya, terutama anak muda.
"Ibunya sakit memikirkan anaknya, termasuk perubahannya. Khawatir terjadi apa-apa," pungkasnya.

Sumber : SURYA.co.id

About Unknown

Menyajikan berita terbaru dari mancanegara hingga internasional. Politik, Hukum, Kriminal, Olahraga, Kesehatan, Gaya Hidup, Tragedi, Bencana Alam dan Unik
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment


Top